Guru Harus Bagus! Warna Bangsa = Warna Guru
Setiap ayah ibu pasti begitu berharap anak-anaknya menjadi anak yang berprestasi dan berbudi, baik prestasi akademis maupun prestasi nonakademis.
Upaya para orangtua ini tentu harus ditunjang dengan pemilihan sekolah yang baik. Dan ciri sekolah yang baik adalah diisi oleh para guru yang berkualifikasi bagus.
Maka, prestasi akademik dan keluhuran budi itu sangat dipengaruhi oleh kombinasi kompetensi guru dan keteladanan orangtuanya. Namun dalam banyak kesempatan, kualifikasi dan keteladanan guru itu sering kali menjadi sumber inspirasi tidak hanya murid, namun menjadi pencerahan bagi wali murid juga.
Dalam terminologi Islam, profesi guru itu merupakan perwujudan seorang dai atau pendakwah. Sehingga, keteladanan dan keilmuan guru merupakan isi ulang energi bagi murid-muridnya. Bahkan jika energi itu begitu besar, maka bisa mengisi energi spiritual wali murid beserta keluarga terdekatnya.
Betapa setiap keluarga membutuhkan guru yang berkualifikasi bagus untuk anak-anaknya. Mengapa tiap keluarga di Indonesia sangat berhajat akan guru yang bagus?
Alasan Pertama, karena kita menitipkan capaian yang baik untuk anak kita
Karena setiap orangtua pasti sangat butuh anak-anaknya bisa jadi anak yang berprestasi secara akademik dan berbudi luhur secara agamis.
Ayah ibu akan mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan pikiran agar anak-anaknya bisa mencapai derajat shalih dan bermartabat di tengah masayarakat.
Pengorbanan ayah dan ibu berupa tenaga, waktu dan hart aitu semua demi mencari guru yang mampu mengawal capaian shalih dan berprestasi bagi anak-anak.
Apa gunanya mencari uang yang banyak kalau anak-anak kita justru didampingi guru yang tidak kompeten? Untuk peras keringat banting tulang kalau justru anak kita diurus oleh guru yang tidak becus?
Maka, kebutuhan guru berkualifikasi baik itu tidak hanya hajat keluarga kelas atas, namun keluarga ekonomi bawah. Karena anak cerdas itu merupakan hasil genetik, dari keturunan orantua, bisa dari orang tua kaya maupun miskin.
Anak cerdas itu butuh guru yang lihai. Dan anak yang kurang cerdas, juga membutuhkan guru yang jeli melihat dan mengawal potensi muridnya.
Setiap anak negeri berhajat terhadap guru yang mumpuni. Setiap orangtua Indonesia sangat membutuhkan guru yang lebih andal dari sang orang tuanya itu.
Alasan Kedua, Kita Menitipkan Anak-anak Kita pada Gurunya 17 Tahun Lamanya
Karena orang tua akan menitipkan masa depan sang anak kepada guru di sekolahnya. Sebab, anak sangat diharapkan menjadi penolong dengan doa-doanya kelak.
“Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim).
Maka, keshalihan orangtua dan kelihaian guru akan menjadi pemberi warna/celupan pada jiwa dan raga anak kita.
Bahkan warna/celupan guru terhadap anak akan lebih pekat daripada orangtuanya. Karena anak akan lebih intens bertatap muka di sekolah daripada durasi anak dengan ortu di rumahnya karena kesibukan kerja ayah dan ibunya.
Anak Indonesia bersekolah sejak TK hingga SMA. Setidaknya 17 lamanya, anak kita akan mengikatkan dirinya kepada gurunya di sekolah. Maka, di sinilah warna celupan itu akan terlihat.
Maka dari itu, warna/celupan guru itulah yang sangat berpengaruh pada jiwa dan raga anak. Dan warna/celupan guru yang baik harus selaras dengan celupan Allah.
Sibghatullah wa man ahsanu minallahi sibghah wa nahnu lahu abidun ‘Celupan Allah, dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada celupan Allah, dan hanya kepada-Nya-lah kami beribadah’ (QS. Al Baqarah 138).
Ditulis Oleh Oki Aryono (jurnalis lepas), terinspirasi dari wejangan Dr. (HC).Ir Abdul Kadir Baraja, Pembina Yayasan Guru Mulia Indonesia





